Loading

Senin, 15 April 2013

Aku Korban Polio

Saya terlahir dengan kondisi fisik sempurna. " Aa ieu acuk aa !" ( kakak ini baju kakak ) sambil berlari-lari saya memberikan pakaian kakak laki-laki yang baru saja diambil dari lemari pakaiannya. Demikian cerita bunda saat saya kecil, sebagai anak  yang lincah berlari kesana kemari.

Sampai sebuah tragedi  mengubah seluruh garis hidup disaat usia saya baru melewati dua tahun, yang akhirnya  menjadikan  saya sebagai seorang disable.  Bermula dari demam yang seringkali dialami anak balita dianggap sebagai hal yang biasa terjadi. Tidak ada kecurigaan  berlebihan, hanya demam tersebut dari hari  ke hari tidak ada perubahan bahkan cenderung semakin tinggi suhunya. Saya juga cenderung lebih pendiam dan seringkali terduduk. Didorong oleh rasa penasaran,  orang tua mencoba membuat saya berdiri ternyata tidak bisa. Hal tersebut terjadi setelah diberikan suntikan oleh dokter dalam keadaan demam masih tinggi.

Panik ! tentu saja, anak yang tadinya lincah bergerak dan berlari kesana kemari tiba-tiba untuk berdiripun dia tidak sanggup. Sejak saat itu dimulailah perjalanan panjang yang harus saya lalui untuk memperoleh kesembuhan kembali. Keluar masuk rumah sakit menjadi hal yang rutin, bahkan hingga berbulan-bulan mondok disana dan gonta-ganti rumah sakit sudah menjadi "ritual" yang harus saya alami semuanya demi kesembuhan. Tapi rupanya virus Polio telah lebih dulu dan lebih ganas menyerang fungsi saraf yang melemahkan kedua kaki dimulai dari pinggang kebawah. 

Kala itu kedua kaki saya sudah betul-betul tidak bisa merasakan apa-apa. Ketika dicubit tidak terasa sakit, digelitik tidak terasa geli, bahkan digigit nyamukpun tidak terasa gatal, betul-betul mati rasa. Namun orang tua tidak pernah berputus asa walaupun pengobatan medis tidak banyak memberikan hasil yang memuaskan. Bahkan dokterpun seolah menyerah. Prof. Dr. Nagar Rasyid yang merawat saya kala itu berkata " Ibu mau apalagi datang kemari, sudah saya katakan bahwa anak ibu sudah tidak bisa normal kembali " , padahal maksud kedatangan  ibu adalah  untuk meminta saran, kemana saya harus dibawa ketika  mulai minta untuk sekolah. 


Perjuangan panjang dan tidak mengenal lelah orang tua untuk kesembuhan anaknya. Sedikit titik terang mulai tampak ada hasilnya, yaitu melalui pengobatan non medis.  Saya sudah mulai sedikit bisa mengingat, ketika Nenek dan Kakek (Alm) membawa  kesebuah desa kalau tidak salah namanya Cigasong dipelosok Sumedang, untuk melakukan terapi pijat pada kedua kaki yang sudah benar-benar lumpuh. Setelah 2 - 3 kedatangan saya mulai bisa merasakan sakit yang luar biasa sampai terdengar jeritan yang menyayat hati. Alhamdulillah sedikit demi sedikit kedua kaki yang tadinya benar-benar mati rasa mulai kembali bisa ada rasa. Kini untuk semua aktifitas diluar rumah saya mempergunakan elbow dan brace, sementara untuk aktifitas didalam rumah mempergunakan dua buah kruk sebagai alat bantu.


Apa sebenarnya Polio itu
Poliomielitis atau Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV) , masuk ketubuh melalui mulut, menginveksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan ( paralisis ).

Virus menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadi dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, 50% kasus terjadi pada anak-anak usia 3 sampai 5 tahun. Masa inkubasi polio dari gejala pertama berkisar 3 sampai 35 hari.


Jenis-Jenis Polio :

Polio non-paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.

Polio Paralisis spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen. Kelumpuhan ditemukan seringkali terjadi pada kaki .Pada penderita yang belum memiliki kekebalan atau belum divaksinasi virus ini akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak.

Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan karena tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut diserang. Batang otak mengandung saraf motorik yang mengatur pernafasan dan saraf karnial. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Kematian biasanya terjadi setelah kerusakan pada saraf karnial yang bertugas mengirim perintah bernafas ke paru-paru.

Bagaimana cara mencegah Polio :
Cara pencegahan Polio yaitu dengan memberikan vaksin Polio pada bayi dan balita dengan rentang usia 1,5 tahun, 5 tahun dan 15 tahun. Menurut rekomendasi WHO vaksin polio diberikan pada bayi sebanyak 4 kali dengan interval waktu 6 - 8 minggu.

Vaksin Polio terdiri dari 2 jenis yaitu :
  • Vaksin Virus Polio Oral ( Oral Polio Vaccine - OPV ) diberikan dengan cara diteteskan kemulut
  • Vaksin Polio Inactivated ( Inactivated Poliomielitis Vaccine ) diberikan dengan cara diinjeksi
Indonesia pernah dinyatakan sebagai negara yang terbebas dari polio. Sayang sekali beberapa waktu yang lalu terdengar beberapa kasus polio terjadi dibeberapa daerah. Semoga ini menjadi perhatian serius kembali dari pemerintah tentang pentingnya vaksinasi polio pada anak.

Namun jika anak terlanjur lumpuh atau menjadi disable karenanya, lebih bijaksana jika orang tua tidak berputus asa apalagi sampai menyembunyikan anak dari dunia luar. Berikanlah anak haknya sebagai manusia utuh yang memiliki kesempatan untuk maju dan berkembang. Point penting yang saya ingat dari orang tua bagaimana dulu memperlakukan saya sebagai satu-satunya disable dalam keluarga adalah tidak membedakan dengan saudara-saudara yang lain.

Ketika anak dalam bahaya orang tua akan mengatakan " hati-hati nak nanti terjatuh ", untuk saya orang tua akan mengatakan " Wah kamu hebat ya, tadi tidak nangis waktu jatuh ". Kalimat itu mengajarkan saya untuk tidak mudah menangis ketika terjatuh. Jatuh dan mengalami patah tulang kaki seringkali saya alami. Namun  hal itu tidak membuat saya menangis setiap terjatuh. Karena jatuh sudah menjadi hal biasa untuk saya.

Kesedihan untuk sebuah tragedi yang merubah garis hidup saya sebagai disable sudah lewat. Kini untuk apalagi semua air mata dan kesedihan itu. Karena kesedihan hanya akan merubah lezatnya masakan menjadi hilang, manisnya buah-buahan menjadi hambar, indahnya pemandangan menjadi kabur, beningnya air sumur menjadi keruh, sejuknya embun pagi menjadi debu dan nyamannya tempat tidur menjadi duri.


KEEP THE SPIRIT 


Referensi : 




10 komentar:

  1. Subhanalloh..kisah hidup yang sangat menyentuh, saluut sama orangtua Teh Tini, juga sama Teh Tini sendiri yng epnuh semangat melawan penyakit itu, Semoga pahala dan berkah selalu melimpah bagi orang-orang yang tabah dan mau berusaha..aamiin

    BalasHapus
  2. Aamiin.............terima kasih sudah mampir

    BalasHapus
  3. subhanaLlah, si Teteh hebat ya, orang tuanya juga hebat, yang mempersuntingnya juga hebat, mudah2an anak2nya mewarisi kehebatan leluhurnya ini, salam sayang teteh...loving you, muach

    BalasHapus
  4. Loving you too..........muach........muach

    BalasHapus
  5. Membacanya tulisan Mba in I membuat saya terharu. Pen uh inspirasi... semangat terus ya mba

    BalasHapus
  6. Terima kasih Mbak Tri, trima ksh jg sdh mampir

    BalasHapus
  7. asalamualikum, teh Tini jangan berputus asa ya, masih banyak orang lain yang lebih menderita. saya pun sama seperti Teh Tini, Disable. kaki kanan jinjit, dan mendapatkan suami yang juga disable, kaki kanan diamputasi diatas lutut. semangat terus bu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah selalu semangat teh Yati, terima kasih sudah mampir salam buat keluarga

      Hapus
  8. Teh Tini sayang, sebelum kita telepon untuk silaturrahiim pertama kita, saya menyangka Teh Tini sama dengan saya dan teman-teman. Setelah bertemu saya makin salut, dengan keterbatasan yang ada tetap membuat Teh Tini aktif bahkan bisa menambah penghasilan dari rumah. Yang belum tentu dapat dilakukan seorang ibu rumah tangga dengan fisik yang lengkap sekalipun.

    Saya tetap merasakan keceriaan Teh Nita ketika pertama bertemu.
    Semoga ke depannya pemerintah memberi kesempatan yang sama bagi para disable untuk menikmati pendidikan dan fasilitas umum, sama dengan saudara dan warga yang lain.

    Peluuuuk Teh Tini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih teh Devy, peluuuuuuk kembali

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...