Loading

Minggu, 30 Juni 2013

Buku Antologi Pertamaku



Dua puluh orang penulis dari berbagai tempat di Indonesia, berkolaborasi apik dalam sebuah buku : Rainbow. Rainbow berisi dua puluh flash fiction ( cerita pendek ) dengan ending yang tidak terduga. Antologi karya fiksi yang sangat singkat. Mengajak pembaca menyelesaikan cerita jauh dari perkiraan. Dengan kisaran kata yang terbilang ringkas, antara 450 hingga 750 kata. Kisah-kisah sederhana namun sering menyesatkan. Lantas menawarkan akhir yang tak terduga. Memaksa pembaca tak bisa melepas Rainbow, hingga seluruh cerita habis dilumat. Terpana dan berkomentar, " Gile, gak nyangka ".

Untuk pemesanan Rainbow sebagai berikut :
  1. Transfer ke BCA, no rekening  : 7890796758 a/n  MUH. YUSRAN AL RASYID, SE
  2. SMS konfirmasi transfer ke : 0852 999 33049 dengan menuliskan nama lengkap, alamat pengiriman buku, nomor telepon yang bisa dihubungi, nomor bukti transfer rekening.
  3. Transfer ke BNI, no rekening :  029 - 961 - 8038 a/n MUH. YUSRAN AL RASYID, SE
Dengan harga Rp 48.507 bebas ongkir kecuali Papua dan Sumatera

Ini adalah kalimat penawaran dalam rangka promosi buku antologi pertama saya dari penanggung jawab Umma Azura,  yang ditulisnya pada grup penulisan kami yaitu Write for Healthy. Wow........surprise sekali tidak nyangka secepat itu karya kami sudah bisa dirilis. Hampir tidak percaya nama saya termasuk dalam salah satu kontributor dari ke dua puluh orang yang terlibat dalam proyek buku ini. Ini adalah buku antologi pertama saya.

Teknologi internet jika dimanfaatkan sebaik mungkin akan memberikan manfaat luar biasa, contohnya pembuatan buku ini. Keseluruhan dari para penulis ini, tidak ada yang pernah bertemu satu sama lain sebelumnya. Kami masing-masing hanya bertemu dan berkomunikasi lewat dunia maya. Pertama kali saya ditarik kedalam grup ini setelah terlibat dalam pelatihan kepenulisan secara online dan terlibat dalam pembuatan buku antologi yang  akan diterbitkan oleh salah satu penerbit besar yang cukup ternama, tapi sampai sekarang masih belum tahu  kapan buku tersebut terbit. Hanya menurut informasi terakhir dari penanggung jawab naskah-naskah kami sampai sekarang masih dalam antrian untuk editing. Dan ternyata proyek buku Rainbow yang digagas belakangan malah lebih dulu rilis dan segera terbit.  

Proses pembuatan Rainbow ini cukup unik, masing-masing penulis mengirimkan naskahnya kepada penanggung jawab, dan hanya dua puluh naskah yang akan dijadikan dalam satu buku. Sehingga siapa yang paling cepat mengirim naskah dialah yang kemungkinan besar akan mendapatkan tempat. Namun inipun melalui proses seleksi cukup ketat, tidak ada satu naskah yang langsung jadi dan lolos. Masing-masing penulis bisa mengirimkan naskahnya berulang-ulang untuk refisi sehingga dirasa cukup layak untuk diterbitkan menurut kriteria penanggung jawab. 

Hebatnya penanggung jawab memberikan banyak masukan dan pembelajaran pada penulis yang masih baru dan dia tetap memberikan kesempatan untuk ikut terlibat dalam proyek buku ini. Inilah ke dua puluh orang penulis yang naskahnya dinyatakan lolos untuk diterbitkan dalam sebuah buku dengan nama Rainbow. Umma Azura, Liza P Arjanto, Moocen Susan, Marita Ningtyas, Fitri Kurnia, Zulziah Arth, Okkie Noor, Enni K Hairuddin, Tina Sulyati, Rachmawati, Hendra J. Hamzah, Wulan Habibuw, Wiwi Haryanti, Rif Dj, Tizara, Yoza Yozie, Suci Marga, Khansa Apriya, Tri Nurhidayati, Nita Widodo.


Terima kasih teman untuk semua dukungannya, semoga ini bukan satu-satunya karya kita tapi masih akan banyak karya-karya lainnya yang akan segera menyusul. Semoga............selamat untuk kalian semua.

Untuk kesinambungan antologi ini akan dibuka kembali kesempatan bagi anda yang tertarik menjadi bagian dari buku antologi yang kedua, disini persyaratannya :

Dicari : 20 Naskah Flash Fiction Untuk Dibukukan!

Syarat-syarat pengiriman naskah sebagai berikut :

1. Tema FF (pilih salah satu) : cinta, perjuangan hidup atau misteri/horor;

2. Boleh kisah nyata sendiri, terinspirasi dari kisah nyata teman, atau murni fiktif (rekaan);

3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang benar dan komunikatif;

4. Naskah yang diikutkan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran), belum pernah dipublikasi dalam bentuk apa pun dan tidak sedang disertakan lomba serupa;

5. Naskah ditulis dalam format word;

6. Panjang FF 450 hingga 750 kata;

7. Twist ending (akhir yang mengejutkan);

8. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 naskah;

9. Cerpen dikirimkan dalam "lampiran" berupa file WORD, jadi bukan di badan email. Biarkan badan email tetap kosong;

10. Email diberi judul Namama spasi judul Flash Fiction misalnya: "Alexandra spasi Dirimu Di mana?".

11. Kirimkan naskah Anda ke email : rinra.publishing@gmail.com

12. Naskah dikirim bersama surat pernyataan keaslian naskah, identitas KTP/Kartu Pelajar/Paspor/SIM/Kartu Keluarga (Pilih salah satu), foto diri pose bebas, profil singkat, beserta no HP dan alamat lengkap.

13. Memiliki buku Rainbow : 20 FF Twist Ending, terbitan Rinra Publishing

Naskah ditunggu sampai akhir September 2013.

Jumat, 28 Juni 2013

Apakah Prestasi Olah Raga bisa Menghambat Prestasi Akademik ?


Ditengah kekhawatiran banyak orang tua tentang pergaulan dan cara mengisi waktu luang putra/putrinya. Saya berlega hati karena putra putri kami punya kegiatan positif   diluar waktu sekolahnya, jika si bungsu memilih menari sebagai ekstra kurikulernya, si sulung memilih basket sebagai ekstra kurikulernya. Pernah ada kekhawatiran timbul ketika membaca satu artikel yang mengatakan jika anak berprestasi dibidang olah raga maka prestasi akademiknya tidak demikian. Bagaimana dengan Rangga, si sulung ? apakah dia juga akan demikian  ? apakah sekolahnya akan terganggu karena dia terlalu sibuk dengan latihan dan kompetisi ? Tapi ternyata kekhawatiran itu sirna manakala Rangga bisa membuktikan walaupun dia aktif di olah raga dan menjadi pemain andalan baik di sekolah maupun di klub, nilai akademiknya tetap baik. 
 
Basket menjadi ekskul pilihannya ketika SMP, dimana saat itu setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti salah satu ekskul dari sekian banyak ekskul di sekolah. Sejak saat itu dia semakin jatuh cinta terhadap olah raga yang satu ini, tidak ada hari tanpa latihan.Terkadang saya kasihan dan khawatir sekolahnya terganggu, apalagi jika sudah musim kompetisi. Hampir tidak ada waktu untuknya beristirahat. Saya katakan padanya jika prestasi belajar menurun terpaksa basket berhenti. Rupanya kalimat itu benar-benar mengena dan selalu diingat. Karena tidak ingin basketnya terhenti semakin memotivasi dia untuk semakin giat belajar. Alhamdulillah dia lulus SMP dengan hasil yang tidak mengecewakan. " Waktu mau masuk SMP Mama sama Papa yang mencarikan sekolah buat aku, tapi untuk SMA giliran aku yang menentukan sekolahku sendiri ", demikian ujarnya saat menentukan pilihan SMA-nya. Dan ternyata dia memilih sekolah yang menurut dia olah raga basketnya cukup baik dan maju. Saat itu guru olah raganya menganjurkan untuk mengikuti jalur prestasi  yaitu basket, karena dia dinilai baik diolah raga yang satu ini. Tapi saya lebih sreg jika dia mengikuti jalur akademik. Alhamdulillah dia masuk ke sekolah yang menjadi pilihannya sendiri melalui jalur akademik bukan jalur olah raga. Itu menunjukkan walaupun prestasi olah raganya bagus namun prestasi akademiknya tidak kalah bagus pula.

Basket telah membuat Rangga jauh lebih percaya diri, supel, tanggung jawab, disiplin dan lebih sportif. Dia tetap bertanggung jawab terhadap sekolahnya. Saya dan papanya tetap memberi kepercayaan padanya untuk menentukan apa yang dia suka dan terbaik untuknya. Seperti ketika memilih jurusan " Mah, aku bukannya tidak bisa masuk IPA tapi lebih baik aku berprestasi di IPS daripada aku terseret-seret di IPA, karena menurutnya dia agak kerepotan di fisika ", demikian ucapnya ketika pemilihan jurusan. Dan kamipun tidak memaksakan dia untuk tetap memilih jurusan IPA tapi memilih jurusan yang dikehendakinya. " Benar Ibu dan Bapak tidak keberatan jika Rangga masuk ke jurusan IPS nilai-nilainya cukup baik untuk bisa masuk jurusan IPA " ujar wali kelasnya setengah meyakinkan. "Padahal banyak orang tua yang memaksakan putra/putrinya masuk IPA walaupun  nilainya kurang memenuhi syarat ", ujar wali kelasnya lebih lanjut. " Anak kami  lebih tahu akan kemampuannya sendiri, biar dia bertanggung jawab untuk jurusan yang dipilihnya ", ujar kami pada wali kelasnya. Dan ternyata Rangga benar-benar membuktikan ucapannya walaupun dia sibuk dengan basket, tetapi dia bisa berada pada posisi 10 besar di kelasnya.

Saya dan suami menerapkan sistem demokrasi pada anak-anak. Mereka sendiri yang menentukan apa yang menjadi kesukaan dan pilihannya, kami hanya mengarahkan dan memberi penjelasan bila dianggap perlu. Seperti untuk pemilihan jurusan, kami tidak menganggap bahwa jurusan IPA lebih baik daripada jurusan IPS atau murid-murid IPA lebih pandai daripada murid-murid IPS. Bagi kami semua jurusan itu sama baik dan bagusnya, jika anak lebih nyaman dan bisa berprestasi di IPS mengapa orang tua harus memaksakan anak untuk memasuki jurusan yang membuat anak merasa terbebani.

Ternyata anggapan yang mengatakan bahwa jika anak bisa berprestasi dibidang olah raga belum tentu dia bisa berprestasi di bidang akademiknya, tidak sepenuhnya benar. Kami tetap memberikan kelonggaran untuk anak bisa mengembangkan bakat dan hobbynya tetapi tetap mengingatkan dia akan kewajibannya sebagai seorang pelajar. " Berprestasi dibidang olah raga ada batasan umur , berilah kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk bisa meraih prestasi selagi usianya masih memungkinkan, namun tetap mengingatkan padanya bahwa mencari ilmu itu tetap penting dan menjadi nomor satu sebagai bekalnya dalam kehidupan ".







Kamis, 13 Juni 2013

Isyarat Rindu dari Mak Iah

" Suara tangisan seorang perempuan begitu jelas terdengar. Semakin hari suara tangisan yang terdengar semakin keras. Kucari-cari siapa yang sedang menangis dengan mengikuti arah datangnya suara. Tetapi tidak tampak seorangpun yang sedang menangis. Hampir setiap hari suara tangisan itu selalu menggema mengisi seluruh ruangan namun tidak terlihat seorangpun disana, hanya ada saya seorang. Lalu siapakah yang  sedang menangis ? mengapa suara tangisannya begitu jelas terdengar dan semakin hari semakin kencang ? "

Kuceritakan semua yang saya dengar pada suami, tentang suara tangisan  yang terasa begitu dekat sekali di telinga. " Mungkin Mak Iah sedang rindu pada Mama, nanti kita tengok bukankah sudah lama pula kita tidak menengoknya ? Dia memberi isyarat melalui suara tangisan yang mama dengar padahal tidak ada satupun disekitar mama yang sedang menangis !" ujar suami.

Mak Iah, seorang perempuan berusia 90 tahun saat ini hanya bisa berdiam diri didalam rumahnya . Sesekali dia turun dari  pembaringannya, sebuah bangku berukuran 90 x 150 m beralas kasur kapuk yang sudah tipis, hanya untuk sekedar menghibur diri dengan menonton televisi berukuran 14 inch. Mak Iah tinggal di sebuah rumah kecil setengah tembok, jauh di pelosok kota di dekat sungai Citarum. Yang sering kali airnya meluap keluar dan membanjiri daerah di sekitarnya. Mak Iah tinggal bersama anak, cucu dan menantunya. Berbagi tempat dan ruang dengan banyak penghuni didalamnya. Sementara tempat beristirahat Mak Iah, bukanlah sebuah kamar tidur yang layak disebut kamar tidur. Hanya ada satu ruangan dan sebuah lemari tempat menyimpan televisi dan dibalik lemari itulah tempat pembaringan Mak Iah. Di satu-satunya ruangan itu pula biasanya dia berkumpul bersama anak, cucu dan menantunya. Sebenarnya masih ada dua kamar lagi, tetapi kamar itu dipakai oleh anak, mantu dan cucu. Sementara Mak Iah hanya kebagian "kamar" dibalik lemari tua.


Mak Iah adalah pengasuh saya ketika kecil. Sebelum bisa berjalan, seingat saya dialah yang sering menggendong saya kesana kemari untuk menjalani terapi. Samar-samar sudah bisa kuingat bagaimana dia selalu menggendong dengan kain batik panjangnya, berangkat dari rumah dengan  menaiki bemo kendaraan roda tiga yang dahulu menjadi kendaraan umum untuk mengunjungi Dokter Nagar Rasyid, yang merawat polio saya bersama dengan ibunda. Mak Iah juga yang selalu mengurus dan menemani hari-hari saya karena kedua orang tua cukup sibuk dengan usahanya. Saya hanya bisa bertemu kedua orang tua di kala sore hari, sementara sepanjang hari hanya Mak Iah lah yang menjadi teman setia saya. Dia begitu telaten dan sayang sekali, seolah saya adalah anak kandungnya sendiri. Dan saya pun seperti memiliki dua orang ibu, satu ibu kandung dan satunya lagi adalah Mak Iah.

Sampai beranjak remaja dan usia Mak Iah semakin renta, dia sudah tidak lagi bekerja dan menjadi pengasuh saya. Namun dia masih sering datang berkunjung. Ada ikatan kuat diantara kami untuk saling merindukan, demikian juga saya jika lama tidak bertemu selalu menghadirkan rasa rindu untuk datang mengunjunginya. Setelah saya menikah dan Mak Iah berpindah  rumah cukup jauh. Saya pernah memintanya untuk tinggal bersama-sama dengan kami, namun  anak-anaknya tidak mengijinkan Mak Iah tinggal bersama-sama dengan kami.


Suara tangisan seorang perempuan yang sering terdengar akhirnya membawa saya bersama dengan suami menempuh perjalanan cukup jauh membelah kemacetan kota Bandung yang sudah akut, sampai akhirnya tiba di rumah Mak Iah setelah dua jam perjalanan. Begitu kami sampai di rumahnya dan masih di ambang pintu, Mak Iah langsung turun dari pembaringannya untuk sujud syukur. " Gusti Allah, hatur nuhun sagala pamaksadan abdi  nu dipikahayang nu dipenta beurang peuting, ayeuna dikabulkeun hatur nuhun, Gusti Allah " ( Gusti Allah, terima kasih semua yang diinginkan dan diminta siang malam telah KAU kabulkan ), ujar Mak Iah disela-sela sujud syukurnya. Ternyata Mak Iah memberikan isyarat kerinduannya melalui suara tangisan yang sering saya dengar. SUBHANALLAH ! begitu besar rasa rindu yang ditahannya untuk saya, rindu seorang ibu untuk anaknya walaupun dia bukan anak yang dilahirkan melalui rahimnya sendiri.

Mak Iah langsung tersedu di pangkuan saya cukup lama, dipeluknya saya erat-erat seolah tidak ingin
dilepaskan kembali. Dia tidak memperdulikan buah tangan untuknya, ada kasur, bantal dan selimutnya, karpet juga sembako. Dia hanya ingin bertemu dan memeluk saya, sekuat tenaga saya berusaha untuk menahan hangatnya bulir-bulir halus luruh membasahi pipi, namun akhirnya jebol juga. Kami larut dalam tangisan penuh rasa bahagia, dan membiarkan Mak Iah menumpahkan semua kerinduannya. " Maafkan saya Mak, baru sekarang bisa menjengukmu ", ujar saya. Suara tangisan yang sering saya dengar, ternyata adalah sebuah isyarat kerinduanmu. Pandangan Mak Iah begitu lekat penuh selidik, dia seperti tengah berusaha meyakinkan dirinya sendiri " betulkah yang kini berada di hadapannya seorang anak yang sangat dirindukan dan ditunggu kedatangannya ! "

" Nginaplah disini bersama Mak ", pinta mak ketika kami pamit pulang. Tapi Mak, anak-anak di rumah bagaimana ? , Insyaallah nanti setelah lebaran, kami datang kembali menengok Mak, ujar saya. Ada mendung menggurat wajahnya ketika kami pamit dan meninggalkannya pulang. Namun ada sedikit senyum menghias bibirnya setelah rasa rindunya terpuaskan. Dalam hati saya berjanji mudah-mudahan masih diberi umur dan kesehatan untuk kembali bisa menemui Mak Iah yang selalu kurindukan dan dirindukannya, Aamiin.........

" Seseorang belum bisa dikatakan berhasil/sukses, jika belum bisa membahagiakan Ibunya ", andai saja semua bisa saling perduli dan membagi kasih sayang pada sesama, tidak akan ada orang tua yang hidup dalam kesendirian dan kesepian, tidak akan ada orang tua yang terpaksa meminta-minta hanya untuk mengisi perutnya. Tidak akan ada orang tua yang hidup di kandang kambing, dan tidak ada orang tua yang merana dalam kesendirian dimasa tuanya. Saya seorang ibu dan faham bagaimana jika seorang ibu merindukan anaknya. Dan Mak Iah walaupun bukan ibu yang melahirkan saya, tapi bagi saya dia tetaplah ibu sejati yang pantas di hormati, dihargai dan dicintai. Dia telah memberikan begitu banyak cinta dan kasih sayangnya, karena itu diapun pantas mendapatkan perhatian dan cinta dari kami yang menyayanginya. Saya adalah anak yang diasuhnya dari kecil, dan disisa hidupnya Mak Iah pantas untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang saya. Dengan cara mengunjungi dan tetap memberikan perhatian untuknya saya menyemai cinta untuknya di sisa umurnya yang sudah renta.


Anak, Cucu dan Mantu Mak Iah


Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani,





Kamis, 06 Juni 2013

Post Polio Syndrom, Dampak dari Virus Polio

Post Polio Syndrom ( PPS ) adalah suatu kondisi setelah sembuh dari serangan akut awal dari virus polio.  Paling sering penderita polio mulai mengalami pelemahan baru dan bertahap pada otot yang sebelumnya terkena polio. Gejala yang paling umum terjadi adalah berupa pelemahan otot progresif lambat, kelelahan ( baik umum dan berotot ), dan penurunan bertahap dalam ukuran otot ( atrofi otot ). Nyeri dari degenerasi sendi dan meningkatkan kelainan bentuk tulang seperti skoliosis ( kelengkungan tulang belakang ) adalah yang biasa mendahului kelemahan dan atrofi otot. Adakalanya juga terjadi gangguan pernafasan.

Akhir-akhir ini saya sering merasa sakit dibagian punggung, mudah cape, lelah, kaki mudah pegal apalagi jika sudah bepergian atau berjalan cukup jauh., juga seringkali mengalami kesulitan tidur. Padahal dulu hal-hal yang sudah disebutkan tidak pernah saya rasakan. Saat hamil dan setelah melahirkan rasa sakit dipunggung semakin menjadi, adakalanya untuk merebahkan diri saja harus pelan-pelan , karena tidak tahan dengan rasa sakitnya.Saya mulai mencari-cari penyebabnya, mungkinkah telah terjadi kelengkungan pada tulang belakang  (Skoliosis) ? Apakah ini juga ada kaitannya dengan Polio saya  ?