Loading

Jumat, 28 Juni 2013

Apakah Prestasi Olah Raga bisa Menghambat Prestasi Akademik ?


Ditengah kekhawatiran banyak orang tua tentang pergaulan dan cara mengisi waktu luang putra/putrinya. Saya berlega hati karena putra putri kami punya kegiatan positif   diluar waktu sekolahnya, jika si bungsu memilih menari sebagai ekstra kurikulernya, si sulung memilih basket sebagai ekstra kurikulernya. Pernah ada kekhawatiran timbul ketika membaca satu artikel yang mengatakan jika anak berprestasi dibidang olah raga maka prestasi akademiknya tidak demikian. Bagaimana dengan Rangga, si sulung ? apakah dia juga akan demikian  ? apakah sekolahnya akan terganggu karena dia terlalu sibuk dengan latihan dan kompetisi ? Tapi ternyata kekhawatiran itu sirna manakala Rangga bisa membuktikan walaupun dia aktif di olah raga dan menjadi pemain andalan baik di sekolah maupun di klub, nilai akademiknya tetap baik. 
 
Basket menjadi ekskul pilihannya ketika SMP, dimana saat itu setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti salah satu ekskul dari sekian banyak ekskul di sekolah. Sejak saat itu dia semakin jatuh cinta terhadap olah raga yang satu ini, tidak ada hari tanpa latihan.Terkadang saya kasihan dan khawatir sekolahnya terganggu, apalagi jika sudah musim kompetisi. Hampir tidak ada waktu untuknya beristirahat. Saya katakan padanya jika prestasi belajar menurun terpaksa basket berhenti. Rupanya kalimat itu benar-benar mengena dan selalu diingat. Karena tidak ingin basketnya terhenti semakin memotivasi dia untuk semakin giat belajar. Alhamdulillah dia lulus SMP dengan hasil yang tidak mengecewakan. " Waktu mau masuk SMP Mama sama Papa yang mencarikan sekolah buat aku, tapi untuk SMA giliran aku yang menentukan sekolahku sendiri ", demikian ujarnya saat menentukan pilihan SMA-nya. Dan ternyata dia memilih sekolah yang menurut dia olah raga basketnya cukup baik dan maju. Saat itu guru olah raganya menganjurkan untuk mengikuti jalur prestasi  yaitu basket, karena dia dinilai baik diolah raga yang satu ini. Tapi saya lebih sreg jika dia mengikuti jalur akademik. Alhamdulillah dia masuk ke sekolah yang menjadi pilihannya sendiri melalui jalur akademik bukan jalur olah raga. Itu menunjukkan walaupun prestasi olah raganya bagus namun prestasi akademiknya tidak kalah bagus pula.

Basket telah membuat Rangga jauh lebih percaya diri, supel, tanggung jawab, disiplin dan lebih sportif. Dia tetap bertanggung jawab terhadap sekolahnya. Saya dan papanya tetap memberi kepercayaan padanya untuk menentukan apa yang dia suka dan terbaik untuknya. Seperti ketika memilih jurusan " Mah, aku bukannya tidak bisa masuk IPA tapi lebih baik aku berprestasi di IPS daripada aku terseret-seret di IPA, karena menurutnya dia agak kerepotan di fisika ", demikian ucapnya ketika pemilihan jurusan. Dan kamipun tidak memaksakan dia untuk tetap memilih jurusan IPA tapi memilih jurusan yang dikehendakinya. " Benar Ibu dan Bapak tidak keberatan jika Rangga masuk ke jurusan IPS nilai-nilainya cukup baik untuk bisa masuk jurusan IPA " ujar wali kelasnya setengah meyakinkan. "Padahal banyak orang tua yang memaksakan putra/putrinya masuk IPA walaupun  nilainya kurang memenuhi syarat ", ujar wali kelasnya lebih lanjut. " Anak kami  lebih tahu akan kemampuannya sendiri, biar dia bertanggung jawab untuk jurusan yang dipilihnya ", ujar kami pada wali kelasnya. Dan ternyata Rangga benar-benar membuktikan ucapannya walaupun dia sibuk dengan basket, tetapi dia bisa berada pada posisi 10 besar di kelasnya.

Saya dan suami menerapkan sistem demokrasi pada anak-anak. Mereka sendiri yang menentukan apa yang menjadi kesukaan dan pilihannya, kami hanya mengarahkan dan memberi penjelasan bila dianggap perlu. Seperti untuk pemilihan jurusan, kami tidak menganggap bahwa jurusan IPA lebih baik daripada jurusan IPS atau murid-murid IPA lebih pandai daripada murid-murid IPS. Bagi kami semua jurusan itu sama baik dan bagusnya, jika anak lebih nyaman dan bisa berprestasi di IPS mengapa orang tua harus memaksakan anak untuk memasuki jurusan yang membuat anak merasa terbebani.

Ternyata anggapan yang mengatakan bahwa jika anak bisa berprestasi dibidang olah raga belum tentu dia bisa berprestasi di bidang akademiknya, tidak sepenuhnya benar. Kami tetap memberikan kelonggaran untuk anak bisa mengembangkan bakat dan hobbynya tetapi tetap mengingatkan dia akan kewajibannya sebagai seorang pelajar. " Berprestasi dibidang olah raga ada batasan umur , berilah kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk bisa meraih prestasi selagi usianya masih memungkinkan, namun tetap mengingatkan padanya bahwa mencari ilmu itu tetap penting dan menjadi nomor satu sebagai bekalnya dalam kehidupan ".







6 komentar:

  1. Sebagai anak muda saya bilang SETUJU....

    BalasHapus
  2. Tulisannya ini mengingatkan saya mbak. Sekarang ini anak sulung saya baru mau masuk SMP, masih kami yang pilihkan sekolahnya. Entahlah kalau SMA nanti, mungkin dia yang ingin pilih sendiri. Tapi kalo anak yg pilih sendiri, biasanya dia bertanggung jawab terhadap pilihannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya mbak saya dan suami dulu memilihkan sekolah SMP nya tetapi setelah SMA dia minta dia sendiri yang memilihnya. Alhamdulillah dia lebih bertanggung jawab untuk pilihannya. Terima kasih sudah mampir dan salam buat keluarga...........

      Hapus
  3. informasi yang sangat menarik terima kasih sudah disampaikan salam kenal aja
    ^___^

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...