Saat tengah membereskan lemari tua yang menjadi tempat penyimpanan berkas-berkas milik Ayahanda (Alm). Dari dalam laci lemarinya kutemukan sebuah buku tulis yang sudah kumal dan usang. Kertasnya sudah berubah warna kuning kecoklatan, tulisannya yang ditulis dengan huruf tegak bersambung menjadi ciri khas tulisan yang dibuat oleh orang tua jaman dulu, disamping menggunakan ejaan yang belum disempurnakan ditulis dalam bahasa Sunda , tulisannyapun sudah sulit untuk dibaca. berisi tentang berbagai kejadian-kejadian penting dalam kehidupan kami. Berisi cerita tentang berbagai hal mulai dari perkawinan, kelahiran putra/putri juga banyak tulisan berisi pantun dan nasihat yang ditulis dalam bahasa Sunda, sayang saya kesulitan untuk membaca karena tintanya sudah mulai memudar. Apakah ini buku catatan harian milik Ayahanda ?
Buku catatan harian atau Diary adalah buku catatan yang memuat berbagai kejadian-kejadian penting yang dialami oleh penulisnya. Baik itu kejadian yang membahagiakan ataupun juga cerita kesedihan, moment-moment /kejadian penting seringkali menjadi bahan yang sering ditulis oleh penulisnya. Buku catatan harian juga bisa menjadi tempat curahan hati . Alice D Nomar mengatakan menulis dibuku catatan harian adalah sebuah langkah untuk mengungkap sebuah emosi dan perasaan penulis dan bisa membantu penulis untuk merawat pikirannya. Dengan berkembangnya teknologi, catatan harian tidak hanya ditulis dalam sebuah buku tapi bisa ditulis di note book atau di sebuah blog internet ( sumber : Wikipedia )
Dengan penuh rasa penasaran yang mulai menelisik untuk mengetahui milik siapakah buku dan tulisan ini ? Saya mulai mengenali bentuk huruf dan tulisannya , ini adalah tulisan tangan dari Ayahku (Alm) tulisan beliau begitu rapih dan indah , buku yang berisi catatan penting dan moment-moment penting dalam kehidupan keluarga kami. Dihalaman pertama bisa kubaca satu peristiwa penting dalam kehidupan kedua orang tua yaitu perkawinan, beliau menulis :
" Perkawinan : Wardi - Nji Kartini, Poe Senen tg 25 Rewah 1366 ( 14 Djoeli 1947 ) djam 9 isoek2. Maskawin 10 Sen ( ORI ) kontan di Kaoem Tjimalaka Smd ( Sumedang ) "
Itu adalah peristiwa penting pertama yang ditulis Ayahanda ( Alm ) . Menurut cerita yang pernah kudengar dari mereka, Ayahanda yang saat itu ikut berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan Belanda terpaksa harus mengungsi dari Bandung ke Sumedang dengan seluruh anggota keluarganya. Disanalah mereka bertemu dimana saat itu ibunda bekerja sebagai buruh pabrik tenun. Perkawian sederhana ditengah kondisi negara yang belum kondusif tapi tetap berlangsung dengan cukup meriah dengan dihadiri oleh sebagian besar anggota keluarga kedua belah pihak.
Satu tahun setelah perkawinan lahirlah kakak sulungku, Ayahanda menulis :
" Dilahirkeun : Nji. Moeljati, Malem Salasa Pahing, tg 24 Djoem. Ahir 1307 ( 3 Mei 1948 ) djam 9 peuting " , dua tahun kemudian lahir kembali seorang bayi, " Nji Roslija, Malem Minggoe, wage tg 2 Poeasa 1369 ( 18 Djuni 1950 ) djam 4 soeboeh "
Demikian seterusnya hampir 2 tahun sekali Ibunda melahirkan, sampai anak ke sembilan yang kesemuanya adalah perempuan. Baru pada anak kesepuluh lahirlah seorang bayi laki-laki " Kusmana, Malem Senen Wage 22 Radjab 1383 ( 9 desember 1963 ) djam 20,15 peuting ". Anak kesebelas perempuan yaitu saya, kedua belas laki-laki dan ketiga belas perempuan kembali .
Saat itu program Keluarga Berencana ( KB ) belum segencar sekarang, baru setelah kelahiran yang ke tiga belas (yang akhirnya menjadi bungsu ) Ibunda mengikuti program KB, entahlah jika tidak mengikuti KB mungkin bisa sampai 15 atau bisa lebih. Menurut cerita Ibunda setiap habis melahirkan untuk mempercepat proses pemulihan dan menjaga kondisi fisiknya, beliau selalu minum jamu godogan. Tapi setelah minum jamu justru semakin membuatnya bertambah subur sehingga jarak kelahiran semakin pendek bahkan ada yang jaraknya hanya 9 bulan.
Saat itu program Keluarga Berencana ( KB ) belum segencar sekarang, baru setelah kelahiran yang ke tiga belas (yang akhirnya menjadi bungsu ) Ibunda mengikuti program KB, entahlah jika tidak mengikuti KB mungkin bisa sampai 15 atau bisa lebih. Menurut cerita Ibunda setiap habis melahirkan untuk mempercepat proses pemulihan dan menjaga kondisi fisiknya, beliau selalu minum jamu godogan. Tapi setelah minum jamu justru semakin membuatnya bertambah subur sehingga jarak kelahiran semakin pendek bahkan ada yang jaraknya hanya 9 bulan.
Ibunda yang hampir tiap tahun melahirkan , begitu hebat menjaga kondisi fisiknya inilah kelebihan wanita jaman dulu, bisa menjaga kondisi fisiknya tetap prima, padahal setiap kelahiran hanya dibantu oleh seorang dukun beranak (paraji) dan tempatnya juga di rumah bukan di rumah sakit, seperti kebanyakan wanita sekarang saat melahirkan yaitu di rumah sakit. Ibunda pertama kali melahirkan disaat usianya 20 tahun dan dalam rentang 20 tahun Ibunda telah melahirkan sebanyak 13 kali. Adik bungsu saya lahir pada " poe Djoemaah ( 9 Pebruari 1968 ) diberi nama Kartina ".
Satu waktu salah seorang teman Ayahanda dari Jepang datang berkunjung , kami semua diperkenalkan padanya, begitu herannya beliau pada kami semua sehingga terlontar pertanyaan darinya " Apakah semua anakmu lahir dari satu orang istri ? " , Ayahanda tertawa " tentu saja mereka semua lahir dari satu orang istri " jawabnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepala si Jepang berkata " luar biasa istrimu "
Setiap kelahiran tentu akan ditandai dengan pemberian nama, suatu hari kami sempat menanyakan pada orang tua mengenai nama-nama kami yang menurut kami tidak indah didengar. Orang tua mengatakan bahwa karena terlalu sering dan banyaknya anak yang dilahirkan sehingga kadang-kadang merekapun bingung untuk memberi nama, sampai pada akhirnya ada beberapa nama yang merupakan pemberian dari dukun beranak (paraji). Tentu saja jawaban orang tua membuat kami semua tergelak...........
Menemukan sebuah buku catatan harian yang sudah berusia lebih dari 40 tahun dan berisi peristiwa-peristiwa penting yang ditulis sendiri oleh Ayahanda , merupakan peninggalan yang sangat berharga bagi saya. Kini saya bisa mengenang kembali masa-masa kecil dulu dan mencoba membayangkan kerepotan yang mereka alami untuk membesarkan dan merawat kami semua . Tidak terbayangkan bagaimana repotnya mereka dengan 13 orang anak dengan jarak usia 1 - 2 tahun, sedangkan saya sendiri yang " cuma " dititipi 2 orang anak saja seringkali masih merasa kerepotan dan sulit untuk membagi waktu.
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu dan inilah kami sekarang berkumpul dan berfoto bersama dalam satu kesempatan setahun yang lalu, saat menghadiri perkawinan salah seorang cucu/keponakan saya, bersama-sama dengan Ibunda yang tahun ini memasuki usia 85 tahun dan Alhamdulillah masih segar bugar.
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu dan inilah kami sekarang berkumpul dan berfoto bersama dalam satu kesempatan setahun yang lalu, saat menghadiri perkawinan salah seorang cucu/keponakan saya, bersama-sama dengan Ibunda yang tahun ini memasuki usia 85 tahun dan Alhamdulillah masih segar bugar.
Sementara Ayahanda sudah meninggalkan kami semua sejak 17 tahun yang lalu, setelah hampir 2 tahun berjuang melawan kanker prostat stadium 4. Sampai akhirnya menyerah untuk menghadap sang Khalik dengan membawa sebuah senyum ketenangan setelah menyelesaikan semua tanggung jawabnya, membesarkan, memberikan pendidikan yang cukup juga menjadi wali nikah kami semua , dan saya menjadi yang terakhir yang dinikahkannya. " We always miss you so much Dad, you will always be in our heart "
Mimpi yang selalu membuatku tak mampu menyembunyikan derasnya air mata
Rinduku padamu semakin membuncah
Rindu untuk bisa berbaring dipangkuanmu
Disaat lelah menggerogoti jiwaku
Ayah, bisa kulihat indahnya senyummu
Senyum yang membuatku bahagia
Karena Allah telah menyiapkan sebuah istana yang indah di surgaNYA untukmu
Untuk bisa berkumpul dan mendokumentasikan kebersamaan menjadi satu hal yang sangat sulit untuk dilaksanakan saat ini, menyatukan 26 orang anak dan menantu, 39 orang cucu dan 13 orang cicit bukanlah pekerjaan yang mudah apalagi diantara kami sudah tinggal berlainan kota, sehingga disetiap kesempatan kami selalu berusaha mengabadikan moment-moment indah tersebut, ini adalah sebagian dari moment kebersamaan kami yang sempat terekam dalam kamera
Galeri dari Generasi ke Generasi :
Generasi ke dua dan tiga
Generasi keempat