“Ibu ingin kamu segera menikah nak,
seperti saudara-saudaramu yang lain memiliki keluarga dan memberikan ibu cucu”.
Demikian urai Rani saat menceritakan permintaan ibunya sambil berurai air mata. "Tidak masalah bagi ibu jika kamu terpaksa harus menjadi istri kedua sekalipun ,
yang penting bagi ibu ada yang merawat
dan menjagamu disaat ibu sudah tidak ada lagi di dunia ini” lanjut Rani menuturkan kalimat ibunya. Dug !
jantungku serasa dihantam palu godam dengan berat ribuan ton saat mendengar
kalimat yang kedua. Tangisnya semakin hebat saat menceritakan semua itu, segera
kupeluk Rani dan tanpa terasa gumpalan air hangat yang sejak dari tadi sudah
berusaha kutahan akhirnya luruh juga. “Akupun ingin seperti mereka memiliki
keluarga dan memberikan ibu cucu. Tapi kamu tahu sendiri kan tidak mudah bagiku
mendapatkan seorang laki-laki yang bisa menerima kekurangan fisikku” lanjut
Rani.
Bagaimana aku bisa memenuhi keinginan
ibuku sementara harus mengorbankan perasaanku sendiri dengan menjadi istri
kedua, bagaimana aku bisa mengenyam kebahagian sementara ada orang lain yang
tersakiti, menari diatas rintihan bathin
wanita lain. Apakah status dan keturunan
lebih penting daripada perasaanku yang terkoyak hanya untuk mengejar gelar
sebagai seorang istri dan seorang ibu. Tangis , kekecewaan dan amarah Rani
bercampur jadi satu saat dia mengingat kembali pembicaraan ibunya. Kalimat
tidak masalah bagi ibu jika kamu terpaksa harus menjadi istri kedua benar-benar
telah menohok seluruh persendian bathinnya. Rani mencoba memahami perasaan dan
bathin ibunya yang selama ini selalu memikirkan tentang dirinya setelah dia
tiada, tapi tidak pernah ditemukannya jawaban atas semua itu, apakah ini suatu
bentuk perasaan putus asa dari sang bunda ? keluhnya dalam hati.
Apa
yang dialami dan menimpa Rani banyak pula menimpa kaum disable lainnya.
Kesulitan yang seringkali menimpa mereka selain sulit mendapatkan pendidikan
dan pekerjaan yang layak, mereka juga sulit untuk mendapatkan pasangan hidup. Rani
bukan satu-satunya Disable yang kesulitan mencari pasangan hidup, apalagi mendapatkan
pasangan yang normal secara fisik. Pertentangan tidak hanya diperoleh dari keluarga
calon pasangan tapi bisa juga datang dari keluarga disable itu sendiri.
Ada
kekhawatiran baik dari orang tua calon maupun
keluarga disable jika mendapatkan pasangan non disable bahwa sang anak akan
mendapatkan perlakuan yang kurang baik. Sementara kekhawatiran dari keluarga
pasangan non disable sang calon tidak akan bisa memberikan keturunan, padahal
mendapatkan keturunan menjadi salah satu tujuan perkawinan, atau kekhawatiran
apakah seorang disable bisa atau tidak mengurus rumah tangga.
Suatu
kewajaran jika masyarakat masih menilai demikian karena kurangnya pemahaman
masyarakat tentang kaum disabilitas. Masyarakat masih menganggap bahwa
disabilitas identik dengan tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak mampu
untuk memberikan keturunan, dan masih banyak stigma-stigma ketidak berdayaan
yang melekat dalam diri disabilitas, jika masyarakat hanya melihatnya dari kaca mata luar fisiknya saja.
Sehingga seringkali disable dikucilkan, diisolasi bahkan dilecehkan.
Bersabarlah
Rani, sebab kesabaran adalah pakaiannya orang-orang shalih, dan bertawakallah,
sebab tawakkal terhadap yang datang dari Allah adalah mahkota para nabi. Sabar
laksana air yang akan menyejukkan hatimu dari kehausan.
Kamu
ingat Rani, bapak dan ibu Aryo ? Bagaimana mereka dahulu mempertahankan
cintanya ? Bagaimana kerasnya pertentangan keluarga ibu Aryo ketika dia memilih
seorang pendamping disable ? sehingga mereka terpaksa harus kawin lari demi
memperhankan cintanya. Sekarang kamu bisa lihat bagaimana kebahagiaan mereka
dengan 3 orang anak yang semua sudah menyelesaikan kesarjanaannya. Bagaimana
tulus dan ikhlasnya bu Aryo mendampingi seorang suami disable, tidak pernah
sedikitpun keluar keluhan dari bibirnya. Kamu bisa lihat bagaimana kuatnya bu
Aryo ketika harus menggendong suami dipunggungnya menaiki tangga, karena pak Aryo selalu
kesulitan saat harus menaiki rumah atau gedung yang bertingkat sementara disana
tidak ada fasilitas eskalator atau elevator.
Malah sambil bercanda bu Ayo mengatakan membawa
suaminya dengan naik Buraq, Subhanallah……Kamu bisa lihat sekarang bagaimana
bangganya keluarga bu Aryo mempunyai menantu seorang disable ? seseorang yang
dahulu sangat disepelekan oleh mereka
Kamu
juga ingat bapak dan ibu Firman ? bagaimana dulu ibu firman mendapatkan
kekerasan fisik dari keluarganya ketika dia memutuskan untuk menikahi seorang
pendamping yang sama-sama disable ? Keluarganya masih belum yakin dengan
kehidupan mereka yang sama-sama disable, tapi lihat sekarang putranya sudah
memberikan seorang cucu dan memiliki karir yang cukup bagus dipekerjaannya.
Jangan
menyerah dan putus asa Rani sebesar apapun ujian, kesulitan, maupun cobaan
jangan sekali-kali engkau jatuh dalam keputus asaan, karena dengan berputus asa
berarti engkau telah kehilangan salah satu pilar dalam kehidupanmu. Putus asa
bukanlah jalan keluar dari setiap permasalahan, bukan pula jalan yang akan
mengantarkan kepada cita-citamu. Jangan pernah pula menyalahkan ibumu karena
itulah cara dia mengekspresikan cintanya padamu. Cinta yang begitu besar dari
seorang ibu untuk anaknya yang berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Kekhawatiran yang begitu dalam dari seorang ibu untuk seorang anak yang harus menjalani hidup sebagai seorang disable, sementara dia lupa bahwa Allah telah mengatur semuanya dengan begitu sempurna.
Bangunlah
kehidupanmu diatas kepercayaan diri, semangat, perjuangan dan kesabaran.
Buanglah jauh-jauh penyakit putus asa. Yakinlah suatu saat Allah akan
mengirimkan jodoh untukmu, seseorang yang istimewa dan berhati tulus. Karena
hanya orang-orang pilihan Allahlah yang bisa menerima kekurangan fisikmu tapi
bisa melihat jauh kedalam keindahan pribadimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar