Loading

Jumat, 01 Februari 2013

Jodoh untuk Rani



Ibu ingin kamu segera menikah nak, seperti saudara-saudaramu yang lain memiliki keluarga dan memberikan ibu cucu”. Demikian urai Rani saat menceritakan permintaan ibunya sambil berurai air mata. "Tidak masalah bagi ibu jika kamu terpaksa harus menjadi istri kedua sekalipun , yang penting bagi ibu  ada yang merawat dan menjagamu disaat ibu sudah tidak ada lagi di dunia ini”  lanjut Rani menuturkan kalimat ibunya. Dug ! jantungku serasa dihantam palu godam dengan berat ribuan ton saat mendengar kalimat yang kedua. Tangisnya semakin hebat saat menceritakan semua itu, segera kupeluk Rani dan tanpa terasa gumpalan air hangat yang sejak dari tadi sudah berusaha kutahan akhirnya luruh juga. “Akupun ingin seperti mereka memiliki keluarga dan memberikan ibu cucu. Tapi kamu tahu sendiri kan tidak mudah bagiku mendapatkan seorang laki-laki yang bisa menerima kekurangan fisikku” lanjut Rani.
Bagaimana aku bisa memenuhi keinginan ibuku sementara harus mengorbankan perasaanku sendiri dengan menjadi istri kedua, bagaimana aku bisa mengenyam kebahagian sementara ada orang lain yang tersakiti,  menari diatas rintihan bathin wanita lain.  Apakah status dan keturunan lebih penting daripada perasaanku yang terkoyak hanya untuk mengejar gelar sebagai seorang istri dan seorang ibu. Tangis , kekecewaan dan amarah Rani bercampur jadi satu saat dia mengingat kembali pembicaraan ibunya. Kalimat tidak masalah bagi ibu jika kamu terpaksa harus menjadi istri kedua benar-benar telah menohok seluruh persendian bathinnya. Rani mencoba memahami perasaan dan bathin ibunya yang selama ini selalu memikirkan tentang dirinya setelah dia tiada, tapi tidak pernah ditemukannya jawaban atas semua itu, apakah ini suatu bentuk perasaan putus asa dari sang bunda ? keluhnya dalam hati.

Apa yang dialami dan menimpa Rani banyak pula menimpa kaum disable lainnya. Kesulitan yang seringkali menimpa mereka selain sulit mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang layak, mereka juga sulit untuk mendapatkan pasangan hidup. Rani bukan satu-satunya Disable yang kesulitan mencari pasangan hidup, apalagi mendapatkan pasangan yang normal secara fisik. Pertentangan tidak hanya diperoleh dari keluarga calon pasangan tapi bisa juga datang dari keluarga disable itu sendiri. 

Ada kekhawatiran  baik dari orang tua calon maupun keluarga disable jika mendapatkan pasangan non disable bahwa sang anak akan mendapatkan perlakuan yang kurang baik. Sementara kekhawatiran dari keluarga pasangan non disable sang calon tidak akan bisa memberikan keturunan, padahal mendapatkan keturunan menjadi salah satu tujuan perkawinan, atau kekhawatiran apakah seorang disable bisa atau tidak mengurus rumah tangga. 

Suatu kewajaran jika masyarakat masih menilai demikian karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang kaum disabilitas. Masyarakat masih menganggap bahwa disabilitas identik dengan tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa, tidak mampu untuk memberikan keturunan, dan masih banyak stigma-stigma ketidak berdayaan yang melekat dalam diri disabilitas, jika masyarakat hanya  melihatnya dari kaca mata luar fisiknya saja. Sehingga seringkali disable dikucilkan, diisolasi bahkan dilecehkan.

Bersabarlah Rani, sebab kesabaran adalah pakaiannya orang-orang shalih, dan bertawakallah, sebab tawakkal terhadap yang datang dari Allah adalah mahkota para nabi. Sabar laksana air yang akan menyejukkan hatimu dari kehausan.

Kamu ingat Rani,  bapak dan ibu Aryo ?  Bagaimana mereka dahulu mempertahankan cintanya ? Bagaimana kerasnya pertentangan keluarga ibu Aryo ketika dia memilih seorang pendamping disable ? sehingga mereka terpaksa harus kawin lari demi memperhankan cintanya. Sekarang kamu bisa lihat bagaimana kebahagiaan mereka dengan 3 orang anak yang semua sudah menyelesaikan kesarjanaannya. Bagaimana tulus dan ikhlasnya bu Aryo mendampingi seorang suami disable, tidak pernah sedikitpun keluar keluhan dari bibirnya. Kamu bisa lihat bagaimana kuatnya bu Aryo ketika harus menggendong suami dipunggungnya  menaiki tangga, karena pak Aryo selalu kesulitan saat harus menaiki rumah atau gedung yang bertingkat sementara disana tidak ada fasilitas eskalator  atau elevator.  Malah  sambil bercanda bu Ayo mengatakan membawa suaminya dengan naik Buraq, Subhanallah……Kamu bisa lihat sekarang bagaimana bangganya keluarga bu Aryo mempunyai menantu seorang disable ? seseorang yang dahulu sangat disepelekan oleh mereka

Kamu juga ingat bapak dan ibu Firman ? bagaimana dulu ibu firman mendapatkan kekerasan fisik dari keluarganya ketika dia memutuskan untuk menikahi seorang pendamping yang sama-sama disable ? Keluarganya masih belum yakin dengan kehidupan mereka yang sama-sama disable, tapi lihat sekarang putranya sudah memberikan seorang cucu dan memiliki karir yang cukup bagus dipekerjaannya.

Jangan menyerah dan putus asa Rani sebesar apapun ujian, kesulitan, maupun cobaan jangan sekali-kali engkau jatuh dalam keputus asaan, karena dengan berputus asa berarti engkau telah kehilangan salah satu pilar dalam kehidupanmu. Putus asa bukanlah jalan keluar dari setiap permasalahan, bukan pula jalan yang akan mengantarkan kepada cita-citamu. Jangan pernah pula menyalahkan ibumu karena itulah cara dia mengekspresikan cintanya padamu. Cinta yang begitu besar dari seorang ibu untuk anaknya yang berbeda dengan saudara-saudaranya yang lain. Kekhawatiran yang begitu dalam dari seorang ibu untuk seorang anak yang harus menjalani hidup sebagai seorang disable, sementara dia lupa bahwa Allah telah mengatur semuanya dengan begitu sempurna.

Bangunlah kehidupanmu diatas kepercayaan diri, semangat, perjuangan dan kesabaran. Buanglah jauh-jauh penyakit putus asa. Yakinlah suatu saat Allah akan mengirimkan jodoh untukmu, seseorang yang istimewa dan berhati tulus. Karena hanya orang-orang pilihan Allahlah yang bisa menerima kekurangan fisikmu tapi bisa melihat jauh  kedalam keindahan pribadimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...