Loading

Senin, 04 Februari 2013

Mereka Sumber Kekuatanku

Dahulu tidak pernah aku berani bermimpi akan memiliki keturunan, mimpi yang terpaksa harus ditunda karena keterbatasan fisik. Ya ! sebagai penyandang dissabilitas (polio kaki) sulit bagiku untuk mendapatkan seorang pendamping yang sempurna secara fisik tapi bisa menerima ketidak sempurnaanku. Jauh dilubuk hatiku dan disetiap do'a-do'a yang kupanjatkan masih berharap Tuhan akan memberikan seorang pendamping yang bisa menjadi pengganti ayahku setelah beliau tiada, apalagi setelah beliau divonis mengidap kanker prostat stadium 4 keinginan itu semakin kuat. 

Setelah melalui satu tahun kebahagiaan atas pernikahan yang kuidamkan, kembali aku dihadapkan keraguan saat harus melahirkan. Dengan kondisi fisikku tidaklah mudah bagiku melalui masa-masa kehamilan. Beban berat dengan adanya sang jabang bayi dirahimku memaksaku untuk duduk di kursi roda menghindari supaya tidak terjatuh karena jika hanya memakai tongkat keseimbangan tubuhku tidaklah sempurna. Dengan berserah diri kepada Allah dan upaya medis akhirnya lahirlah seorang putra yang melengkapi kebahagiaanku. Proses kelahiran Rangga putra pertamaku masih menyisakan trauma untuk kembali menambah momongan, hingga baru 8 tahun kemudian lahirlah bayiku yang kedua seorang bayi perempuan seperti yang sangat diinginkan suamiku. 


Kini diusia perkawinan menginjak 17 tahun anak-anak sudah mulai mengerti kekurangan fisik ibunya. Suatu hari putra sulungku bertanya pada bapaknya " Papa, kenapa mau nikah sama mama, mama kan pakai tongkat dan brace ? " dengan perasaan terkejut kupandangi suami yang duduk disebelahku sambil tersenyum dia menjawab " karena papa mau mendapatkan surga lagipula apa salahnya mencintai dan menyayangi mama " , tanpa terasa bulir-bulir halus telah membahasi pipiku air mata kebahagiaan. Dikesempatan lain giliran sisulung ditanya oleh tantenya " Aa, malu gak punya mama pakai tongkat ? " jawab dia " aku gak malu punya mama pakai tongkat, bahkan aku bangga jika harus pergi menemani mama karena mama selalu jadi pusat perhatian otomatis akupun akan menjadi pusat perhatian ".

Walaupun terdengar sedikit narsis jawaban sisulung yang ingin dilihat oleh gadis-gadis bahwa dia cukup tampan untuk dilirik, tapi jawaban itu memang tulus keluar dari hatinya karena disetiap kami berjalan bersama apakah itu dipusat keramaian atau disekolahnya dia tidak pernah merasa canggung, takut atau kikuk. Sebaliknya anakku selalu berupaya melindungiku dan dengan bangganya dia memperkenalkanku sebagai ibunya. 

Si bungsu Zahra yang kini menginjak usia 9 tahun tak kalah mengharukannya disetiap perayaan hari ibu tidak lupa dia menuliskan selembar surat dengan isi " mama terima kasih sudah merawat dan manjagaku selama ini, mama selalu ada untukku " sambil menghadiahiku sebuah kecupan dipipi. Atau tak kalah khawatirnya dia setiap melihat lantai licin selalu berkata " hati-hati ma lantainya licin nanti aku keringkan dulu supaya mama tidak jatuh ", dia tahu aku selalu kesulitan berjalan dilantai yang licin dan kalau tidak hati-hati seringkali terjatuh. 


Hal yang sempat mengkhawatirkanku mengingat cerita teman-teman sesama penyandang dissabilitas, dimana mereka dilarang kesekolah atau mengikuti kegiatan yang dilakukan anaknya karena merasa malu harus menerima ejekan teman-temannya tidak terjadi pada diriku. Anak-anakku tidak pernah melarangku untuk selalu terlibat disetiap kegiatannya hal yang cukup mengharukan dan moment yang paling indah ketika berada diantara mereka disaat-saat pentingnya. " 

Terima kasih anak-anakku kalian adalah harta mama yang paling berharga yang tidak bisa tergantikan oleh apapun, Insyallah akan mama jaga kalian sampai ajal menjemputku. Terima kasih telah begitu banyak menghadirkan moment yang sangat berharga untuk mama, kalian telah membuat mama begitu berarti dan telah membuat mama begitu sempurna dimata kalian, walaupun orang lain melihat mama tidak sempurna secara fisik tapi dimata kalian mama tetaplah sempurna ". 

Brace : adalah alat bantu sebagai penguat kaki yang terbuat dari kerangka besi dan kulit sebagai pengikatnya dipakai mulai dari pinggul sampai telapak kaki. Kami sesama penyandang dissabilitas sering menyebutnya dengan sepatu robot karena setiap kali kami memakai sepatu itu jalannya jadi seperti robot 

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba di Female Circle dengan tema Mom’s Happiest Moment, ini untuk pertama kalinya mengikuti lomba walaupun belum mendapatkan hadiahnya, Insyaallah masih ada kesempatan lain tetap semangat dan terus menulis………..

2 komentar:

  1. jadi terharu...dibalik kekurangan pasti ada kelebihan kok mba..

    BalasHapus
  2. Ya mbak Nana Allah itu maha adil, terima kasih sudah mampir

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...