Loading

Kamis, 21 Februari 2013

Jika anak dianggap " berbeda ", apa yang harus dilakukan orang tua ?




Diantara deretan buku terbaru disebuah toko buku terkenal kulihat sebuah buku dengan judul Gifted, tertarik untuk mengetahui lebih lanjut apa itu Gifted  lembar demi lembar kulahap isi buku yang menceritakan  suka duka pengalaman seorang ibu dalam mengungkap jati diri anaknya yang cerdas istimewa.


Dilembar-lembar pertama tenggorokanku serasa tercekat ketika membaca tulisan “ mengapa keberadaanku di muka bumi ini selalu menjadi masalah bagi orang lain, padahal aku tidak berniat seperti itu. Bukankah aku tidak menganiaya orang lain, tidak mencuri, dan tidak melakukan kejahatan lainnya. Sekali lagi mengapa aku selalu dilecehkan ? Aku memahami bagaimana rasanya dilecehkan karena dianggap “ berbeda “ oleh sebagian masyarakat.

Anak-anak yang menunjukan suatu bakat  istimewa lazim disebut sebagai Gifted children alias anak Gifted. Anak-anak Gifted adalah anak-anak yang memiliki tiga komponen utama yaitu IQ diatas rata-rata ( very superior : skala Wechler > 130 dan Binet < 140 ), memiliki kreatifitas yang tinggi serta motivasi dan komitmen tugas yang tinggi. 
 

Setelah kubaca isi keseluruhan dari buku ini ingatanku melayang kebeberapa tahun silam. Saat melihat dua orang anak tetangga yang kuanggap sedikit berbeda dengan anak-anak seusianya. Bisa dibilang kedua anak ini dianggap sebagai   trouble maker  dimanapun keberadaannya , tetapi diapun bisa bersikap sangat manis jika merasa nyaman, anak-anak itupun begitu sangat aktif  bergerak seolah energinya tidak ada habisnya, mereka juga sulit berkonsentrasi disekolahnya. Malah kudengar keluhan dari orang tuanya seringkali si anak tidak pernah membuat catatan,  bukunya selalu kosong, nilai-nilai ulangannya selalu berada dibawah rata-rata , prestasinya jauh berada dibawah rata-rata teman sekelasnya sehingga seringkali dianggap bodoh baik oleh guru maupun teman-temannya. Dan yang lebih mengherankan tenaganya kuat sekali kalau sudah marah pintu saja bisa hancur dengan satu kali tendangan. 


Naluriku  sebagai orang tua mengatakan  anak-anak ini perlu mendapat perhatian khusus dari kedua orang tuanya , sehingga sempat kusarankan pada mereka untuk membawa anak-anaknya ke psikiater, karena menurutku anak-anak ini tidaklah bodoh atau nakal seperti yang selama ini dikatakan pada mereka saya  melihatnya mereka itu berbeda. Tapi rupanya saranku disalah artikan berbeda, orang tua mereka menganggap dengan mendatangi psikiater berarti anak-anak mereka itu dianggap gila. Sedih rasanya melihat anak-anak itu sekarang, walau bagaimanapun saya  hanyalah bagian luar dari mereka sehingga tidak mungkin terlalu jauh untuk ikut campur dalam pola pengasuhan dan pendidikan mereka.


Pada dasarnya  orang tua  jangan pernah menyamaratakan antara satu anak dengan anak yang lainnya. Misalnya sikakak mengalami keterlambatan dalam berbicara, maka ketika siadikpun mengalami hal yang sama seperti kakaknya dianggap suatu kewajaran oleh orang tuanya. Padahal tiap anak itu mempunyai sifat dan karakter yang berbeda walaupun mereka lahir dari satu rahim yang sama. Sehingga jika terjadi sesuatu yang memerlukan penanganan khusus seringkali sudah terlambat. Jika memang anak mengalami keterlambatan perkembangan tetaplah memberi toleransi yang wajar. Misalnya anak usia 12 bulan seharusnya sudah mulai bisa berjalan , tetapi hingga usia 15 bulan anak masih belum bisa berjalan orang tua tetap memberikan batas maksimal toleransi sampai usia 24 bulan jika dalam usia tersebut masih belum ada perubahan ada baiknya segera mencari pertolongan.

Anak  adalah titipan Allah yang paling berharga, mereka adalah harta yang tidak ternilai harganya, anak juga adalah investasi yang tidak ternilai harganya bagi orang tua, anak-anak terlahir bagai kertas putih yang belum ternoda tinggal bagaimana orang tua membentuk karakter , dan mengembangkan potensi yang dimiliki masing –masing anak.

Pesan dari penulis Gifted untuk para orang tua adalah :
  1. Sambutlah potensi seorang anak meski hanya berupa percikan yang nyaris tak terlihat, dan dukunglah hingga percikan itu menjadi energy yang berkobar
  2. Kemilau mutiara tak akan terlihat bila tidak dikeluarkan dari cangkangnya, karena itu bantulah anak-anak mengembangkan potensinya. 
  3. Mengabaikan sinyal-sinyal keterbakatan seorang anak dan menuntutnya untuk tampak normal, sama dengan membunuh jati diri anak
  4. Terimalah keunikan seorang anak sebagai karunia dari Allah SWT, jangan menuntutnya untuk menjadi orang lain.
  5. Hindari pemberian label negatif pada anak berikanlah pujian dan julukan yang baik niscaya akan menjadi cambuk bagi perkembangan potensi anak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...