Loading

Jumat, 03 Mei 2013

Aku ( tidak ) Sempurna

" There are 1.000 ways to be a good mother. Breastfeeding is one, if you failed on this, there are still 999 ways. Go grab the other ways to be the best mother for your baby "

Sebuah kalimat yang sangat kusuka  dari bukunya Dian Kristiani dengan judul " I'm (not) Perfect, walaupun tidak sempurna perempuan tetap bisa bahagia ". Kalimat yang kurasa sangat pas dengan keadaanku. Mereka yang dikarunia fisik sempurna saja seringkali selalu merasa ada yang kurang dengan dirinya. Bagaimana dengan mereka yang disebabkan oleh sesuatu hal menjadikannya sebagai seorang disabilitas. Perlu perjuangan panjang untuk bisa meyakinkan diri bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Buku ini mengupas habis berbagai hal yang seringkali dialami   wanita dengan ketidaksempurnaannya. Dan dicap dengan label negatif sebagai wanita kurang sempurna. Misalnya tidak bisa memasak, tidak bisa menyusui, tidak bisa memberikan keturunan, tidak bisa bersolek dan menyebabkan suami berpaling pada wanita lain. Dan masih banyak lagi cerita-cerita seputar wanita dengan segala kekurangannya.
 
Ada tuntutan dan aturan tidak tertulis bahwa seorang wanita haruslah sempurna untuk keluarga dan masyarakat. Misalnya jika seorang wanita sudah menikah dia harus bisa memasak, memberikan keturunan, har8us bisa menyusui, dan hal-hal lain yang sebetulnya belum tentu kekurangan itu dikehendakinya. Keadaanlah yang seringkali memaksa seorang wanita tidak bisa berlaku/bersikap "sempurna". Misalnya seorang wanita disable yang karena kondisinya menyebabkan dia tidak bisa melahirkan, menggendong atau mungkin menyusui. Apakah kemudian dia dicap sebagai wanita yang (tidak) sempurna ?

Ketidaksempurnaan terutama tidak sempurna karena fisik sudah merupakan suatu beban bagi yang mengalaminya. Virus polio yang sempat menghantam tubuh dan menyebabkan aku menjadi seorang disable, tidak terus membuat aku mengatakan bahwa aku ( tidak ) sempurna. Karena pada kenyataannya banyak hal lain yang masih bisa kulakukan dengan ketidaksempurnaanku itu. Anak-anakku tetap bangga pada diriku walaupun aku tidak pernah bisa menggendong dan memandikan mereka ketika mereka masih bayi.

Di awal pernikahan aku sempat dilanda keraguan apakah bisa memiliki keturunan ? dan kemudian merawat/menggendong mereka dengan baik. Namun akhirnya semua keraguan itu hilang dengan sendirinya, berkat bantuan dari orang-orang terdekat. Jadi pada intinya tidak perlu merasa kecil hati jika dalam rentang usia yang sudah lebih dari cukup untuk menikah namun masih tetap hidup sendiri atau setelah sekian tahun menikah tetapi masih belum juga diberikan keturunan. Hanya bisa menyajikan masakan yang dibeli matangan karena todak bisa memasak.  Biarkanlah semua ucapan/komentar dari orang lain tentang diri kita berlalu karena yang paling tahu dengan keadaan kita hanya kita sendiri. Cukuplah kita sendiri yang menilai diri kita jangan biarkan orang diluar sana yang tidak tahu permasalahannya menilai dan memberikan cap negatif yang pada akhirnya akan membuat kita sendiri terpuruk dan merasa terpojokkan.

Wanita engkau tetaplah sempurna dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tidak bisa melakukan satu hal, masih ada jalan lain yang bisa dilakukan untuk tetap membuat seorang wanita sempurna.



Sibungsu



Sisulung

2 komentar:

  1. Makasih atas share nya, sangat menginspirasi Mbak, terutama buat aku yang gak ngasih anakku ASI dengan full :')

    BalasHapus
  2. sama2 mbak, tdk bisa menyusui bukan berarti tdk bisa menjadi ibu yg sempurna lho mbak, msh banyak cara yg lainnya

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...