Loading

Jumat, 08 Maret 2013

Ketika Wanita harus memilih

Wanita ideal ibarat seorang istri dengan lima jari yang lengkap. Ibarat ibu jari atau jempol, ia harus pol (penuh) pengabdian terhadap suami. Ibarat telunjuk ia harus taat dan patuh kepada petunjuk atau perintah suami. Ibarat jari tengah atau penunggul menurut bahasa Jawa, ia harus mengunggulkan suami dengan menghargai apapun hasil pekerjaannya. Ibarat jari manis, ia harus memperlihatkan sikap manis terhadap suami betapapun hatinya sedang kesal. Dan ibarat jari kelingking atau jenthik menurut bahasa Jawa, ia harus mampu mengotak atik, artinya terampil melaksanakan tugas apapun yang terletak di pundaknya. Bahkan kalau penghasilan suami kurang, ia juga harus bisa mengotak atik bagaimana caranya supaya kekurangan itu teratasi. Petikan kitab itu menjadi panutan bagi wanita Jawa dan mungkin bukan hanya wanita Jawa melainkan semua wanita yang sudah menyandang sebagai istri.

Dewasa ini godaan ekonomi begitu kuat, apalagi dengan ekonomi modern, yang pada akhirnya banyak membuat para wanita mengambil jalan pintas,  para mahasiswi diluar kegiatannya sebagai seorang pelajar mereka juga berprofesi sebagai wanita panggilan atau biasa disebut "ayam kampus", yang lebih miris lagi anak-anak yang baru menginjak usia remaja setaraf SMP/SMA merekapun melakukan hal yang sama semuanya demi motif ekonomi,   banyak juga  diantara kaum wanita yang memilih untuk kumpul kebo, wanita yang menjadi simpanan seorang wanita beristri, menjadi gula-gula meskipun secara sembunyi-sembunyi, cukup banyak terdapat dikota-kota besar. Tragisnya siwanita bukan hanya mau diperlakukan sebagai pelengkap kenikmatan, tetapi bahkan merasa suka, lebih-lebih kalau lelaki yang memeliharanya itu seorang yang berpangkat, yang kaya raya dan mempunyai banyak fasilitas. Demi kesenangan yang bersifat duniawi, bahkan demi karirpun seorang wanita rela dan suka menjadi wanita kedua dalam kehidupan seorang laki-laki.

Apakah ini suatu kemajuan, dimana seorang wanita sudah mampu menentukan suatu pilihan hidupnya? Mungkin! Tetapi bila berbicara tentang martabat dan harga diri, jelas itu merupakan kemunduran yang meruntuhkan harga dirinya sendiri. Saya rasa, kehormatan seorang wanita yang terpaksa dimadu karena tidak berani memperlihatkan pemberontakan bathinnya  masih tetap lebih tinggi kedudukannya dibandingkan wanita-wanita simpanan yang sesungguhnya mampu menentukan dirinya sendiri dengan memilih yang lain.


Keterbukaan pintu dimana wanita bisa melangkah keluar dan memilih langkah apa yang akan ditempuhnya itu jelas karena pola berpikir yang berorientasi ke Barat. Kita tidak boleh munafik dalam hal ini. Orang Jawa sampai sekarang pun masih menempatkan kaum wanitanya pada tatanan sebagai wanita ideal yang memiliki lima jari lengkap kendati tidak seburuk semula. Lihat saja para pengantin wanita yang dalam acara adat pengantin langsung bersimpuh untuk mencuci kaki pengantin pria yang menginjak telur. Dan acara nasehat sesepuh untuk kedua mempelai lebih banyak ditujukan pada pengantin putri, Tetapi nasehat untuk pengantin pria tidak banyak terdengar. Lalu apakah dengan budaya seperti ini menunjukkan derajat wanita lebih rendah daripada pria? Tentu saja tidak apalagi Islam sangat menjunjung kaum wanita.

Lalu bagaimana caranya supaya keadaan menyedihkan itu terkikis dengan cara yang halus, dan tidak menelan begitu saja budaya Barat yang terkadang tidak pas diterapkan disini. Semuanya dimulai dari rumah kita sendiri, bagaimana orang tua menerapkan nilai moral dan dasar agama yang kuat pada putra/putrinya, bagaimana kita sebagai orang tua tetap bisa menjadi teman dan juga mengawasi apa saja yang menjadi kegiatan anak-anak, dan yang terutama mengajarkan untuk menghargai setiap apapun pemberian dan juga materi yang dimiliki orangtua.

13 komentar:

  1. Wow suka dengan filosof jari jemari tentang fungsi wanita sebagai istri..

    salam kenal mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Mas Lozz atas kunjungannya, salam kenal juga

      Hapus
  2. Ketika harus memilih, pilihan yang harusnya bukan berdasarkan baik menurutnya. tetapi juga baik di pandangan Tuhan YME ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali mbak Vera , trims kunjungannya

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. sering sekali saya mendengar kalau "Uang bukanlah segalanya, Tapi segalanya butuh uang".

    BalasHapus
  5. ya betul mas, karena tdk ada yg gratis didunia ini, trims sdh mampir

    BalasHapus
  6. Berharap semoga pilihan para wanita adalah sesuai dengan sunatullahnya.
    Salam kenal mbak... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin..........salam kenal jg mbak Niken

      Hapus
  7. Dan ibarat jari kelingking atau jenthik menurut bahasa Jawa, ia harus mampu mengotak atik, artinya terampil melaksanakan tugas apapun yang terletak di pundaknya.

    kalimat yang ini, itulah seorang isteri yang menyadari kodratnya sebagai wanita. Semoga istiqomah. Salam kenal ya mbak, bagus banget tulisannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Astin sudah mampir, salam kenal juga

      Hapus
  8. waaah jadi galau,, masih belum lengkap menjadi seorang wanita..
    semoga saya cepat menjadi istri sekaligus ibu :))
    perdana ke sini ya?
    salam kenal mbak :))

    BalasHapus
  9. Kenapa hrs galau mbak ? semua akan indah pd waktunya, salam kenal kembali trims sdh mampir

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...