Loading

Rabu, 30 Januari 2013

Berbagi peran dengan suami dan anak-anak



Hari itu tidak seperti subuh-subuh sebelumnya kulihat suasana dapur masih sepi piring-piring kotor sisa semalam masih belum tersentuh, tidak ada air panas untuk minum seperti biasanya pakaian-pakaian kotor juga masih teronggok ditempat cucian. Segera kutengok  si Mak dikamarnya  dia masih terbaring ditempat tidur sambil memegangi perutnya. “sakit Mak ?  tanyaku  “ ya bu perut saya sakit sekali seperti ditusuk-tusuk jarum.

Segera kukabari suami tentang keadaan si Mak dan mulai membangunkan anak-anak. Tanpa sungkan  suami mulai membereskan piring-piring kotor dan mencucinya, sementara saya membuatkan sarapan untuk anak-anak sebelum mereka berangkat sekolah. Tanda-tanda kehidupan sudah mulai terasa dirumah kami.

Si Mak  asisten rumah tangga kami sudah 16 tahun menjadi bagian dari keluarga dan sekarang dia terbaring sakit dokter mendiagnosanya  menderita mioma. Mulailah kami menyusun strategi bagaimana mengurus rumah yang selama ini lebih banyak dikerjakan oleh si Mak sambil tetap bisa merawat si Mak dengan baik.
Tidak mungkin kami mengembalikan pada keluarganya dalam keadaan sakit padahal dia telah banyak berjasa untuk keluarga  ikut merawat anak-anak ketika mereka masih bayi. Dulu saya seringkali merasa iri melihat kedekatan anak-anak dengan si Mak, adakalanya saya menangis karena cemburu tapi suami selalu menghibur dengan mengatakan “ tidak usah khawatir ma nanti kalau anak-anak sudah besar mereka akan mengerti dengan sendiri siapa ibu kandungnya “ dan itu terbukti.  Sekarang  tidak pernah lagi saya berebut perhatian anak-anak dengan si Mak karena kami punya cara yang berbeda dalam memberikan kasih sayang pada anak-anak.

Strategi yang kami buat adalah bagaimana masing-masing anggota keluarga bertanggung jawab minimal untuk dirinya sendiri, misalnya anak-anak membiasakan untuk mencuci sendiri piring bekas makannya demikian pula mereka secara rutin merapihkan kamarnya masing-masing. Suamipun disela-sela kesibukannya mencari nafkah untuk keluarga masih mau berbagi tugas sehingga saya tidak terlalu kerepotan dengan semua urusan rumah tangga  sambil tetap bisa merawat si Mak. 

Adakalanya  suami juga memasakkan untuk kami semua dan untuk menyiapkan semua masakan  itu tidak segan-segan pula dia berbelanja di pasar tradisional menurutnya itu menjadi kegiatan yang sangat menarik apalagi kalau sudah mulai adu tawar dengan penjual hal yang tidak mungkin bisa dilakukan di pasar swalayan.  Ayam bakar menjadi  makanan kesukaan anak-anak  dan menurut mereka ayam bakar buatan bapaknya sebagai ayam bakar terenak didunia, sehingga tak segan-segan si bungsu memuji bapaknya dengan mengatakan “  papaku hebat bisa membantu mama selama emak sakit juga bisa membuatkan aku ayam bakar yang paling enak sedunia “ raut kebanggaan terpancar dari wajahnya ketika mengucapkan  kalimat tersebut.

Pernah saya mendengar keluhan seorang teman yang terpaksa berhenti bekerja karena kesulitan mendapatkan asisten rumah tangga.  Menurutnya jadi ibu rumah tangga total tidak enak sudah bekerja hampir 24 jam tapi tidak ada duitnya  saya tersenyum mendengarnya. Hidup adalah suatu pilihan dan saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga  total  dan tidak pernah menyesali dengan keputusan itu.
Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa dan kejadian sakitnya si mak telah membuat kami menjadi semakin kompak , ternyata nikmat  bisa berbagi dengan semua anggota keluarga untuk  saling membantu dalam kerepotan dan kesulitan.

Kutitipkan sebuah kutipan kata-kata hikmah disini sebagai renungan
Rasulallah SAW bersabda : Barangsiapa yang meringankan dari seorang mukmin satu kesulitan dan kesulitan-kesulitan dunia, maka Allah akan ringankan untuknya satu kesulitan dari kesulitan-kesulitan Hari Kiamat. Barangsiapa yang memudahkan seorang yang mengalami kesulitan, maka Allah akan beri kemudahan untuknya di dunia dan di akhirat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...