Usai diskusi CBM dan ormas disabilitas |
Minggu kemarin saya
bertemu dengan teman baik, dia bercerita mengenai salah seorang putra
sahabatnya yang berkebutuhan khusus. Sahabatnya mengeluhkan suaminya yang seringkali tidak
dapat menahan emosi dan menjadikan putranya sebagai sasaran kemarahan . Dia kasihan
melihat putranya yang selalu menjadi sasaran kemarahan ayahnya untuk alasan
yang dia sendiripun tidak tahu, mengapa anaknya selalu dimarahi ayahnya ? “
Putraku itu memang beda dengan anak-anak seusianya, sebagai ibunya aku tidak terima dia selalu
dimarahi oleh ayahnya “ keluh sahabatnya.
Ayah dan bunda, Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) acapkali menjadi sasaran kemarahan atau bully dari masyarakat disekitarnya.
Memprihatinkan acapkali mendengar dan melihat ABK diperlakukan tidak adil oleh
lingkungan dan keluarga terdekatnya. Di bully, dimarahi, disembunyikan bahkan
dibuang oleh keluarganya sendiri karena dianggap “aib atau memalukan”.
Terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai ABK membuat ABK seringkali dianggap
maaf “orang gila” atau “beban masyarakat “. Ada juga orang tua yang tidak siap menerima kehadiran ABK ditengah
keluarganya, sehingga seringkali ABK menjadi sasaran emosi yang tidak
terkendali dari orang tua. Seperti
cerita John H.G Soe yang dibuang orang tuanya karena disabilitas.
“ Ketika usiaku 4 bulan aku ditinggalkan orang tua di rumah sakit. Pada usia sekitar 1 tahun , rumah sakit memindahkanku ke asrama karena rumah sakit tidak bisa mengasuh anak hingga dewasa. Selama aku disana tidak pernah
sekalipun orang tua dan saudara-saudara menjengukku . Berbeda dengan
teman-teman asrama lainnya mereka masih dijenguk keluarganya. Ketika asrama akan
direnovasi aku dikembalikan pada orang tua dan keluarga tetapi mereka tidak ada
yang mau menerima, sehingga aku dibawa kembali ke asrama. Syukur diusia
11 tahun aku diadopsi oleh warga negara Singapura keturunan Belanda. Orang tua
yang mengadopsi membawaku ke Singapura untuk melakukan operasi kedua kakiku
yang sudah polio sejak kecil.
Setelah itu kehidupanku
berubah 180 derajat aku mendapatkan kasih sayang dan perhatian penuh dari orang
tua adopsiku . Kasih sayang yang tidak pernah kuperoleh dari orang tua kandung
sebelumnya. Pelukan hangat yang tidak pernah kurasakan dari orang tua
sebelumnya akhirnya bisa kudapatkan dari orang tua yang mengadopsiku. Itulah
untuk pertama kalinya aku dapat meresakan hangatnya pelukan orang tua. Aku
juga mendapatkan pendidikan terbaik hingga bisa menyelesaikan pendidikan
arsitek di Inggris.
Setelah aku dewasa dan
berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi diluar negeri, aku berusaha mencari orang tua dan saudara2
yang telah membuangku dulu, bukan untuk membalas dendam melainkan untuk
berterima kasih, karena dahulu telah membuangku. Jika aku tidak dibuang oleh
mereka mungkin aku tidak akan seperti sekarang, berhasil menyelesaikan pendidikan
tinggi hingga keluar negeri”.
Cerita diatas adalah
kisah hidup dari John H.G. Soe seorang penyandang polio yang dibuang oleh orang
tua dan keluarganya kepada Andy F Noya
diacara Kick Andy. Beliau sendiri tidak pernah tahu alasan orang tua dan keluarga membuangnya,
karena ketika mereka bertemu kembali tidak sepatah katapun keluar dari mereka.
Ayah dan bunda, saya
sendiri disabilitas kedua kaki saya polio sejak usia 2 tahun.
Beruntung saya memiliki orang tua hebat. Mereka tidak pernah lelah memberikan yang
terbaik untuk saya. Mulai dari perawatan hingga mendapatkan pendidikan, orang
tua memperlakukan saya sama dengan saudara-saudara yang lain. Padahal keluarga
kami keluarga besar ( 13 bersaudara) bisa dibayangkan kerepotan orang tua
mengurus anak sebanyak itu ditambah satu disabilitas.
Ayah dan bunda, kedua
orang tua saya sudah almarhum dan kini saya telah menjadi orang tua dari dua
orang anak yang beranjak remaja. Saya bisa merasakan kerepotan mengurus dua
orang anak, sehingga saya salut sekali kepada mereka para orang tua yang
memilki ABK. Kesabaran, keikhlasan dan kerjasama yang baik antara ayah dan bunda menghadapi ABK adalah kunci utama untuk kemajuan/kesuksesan ABK.
APA
YANG HARUS DILAKUKAN ORANG TUA JIKA ANAK TERLAHIR DISABILITAS ATAU MENJADI
DISABILITAS KARENA SESUATU SEBAB
- Berhenti untuk terus menerus bersedih, kesedihan yang tidak ada batasnya akan membuat ABK semakin lama terabaikan
- Jangan pernah menyalahkan siapapun untuk semua keadaan yang terjadi. Apalagi menyalahkan Allah seolah kehadiran anak adalah kutukan atau karma untuk orang tua.
- Segeralah mencari pertolongan terbaik untuk ABK baik secara medis atau tradisional. Berusalahah terus dan jangan pernah berhenti berharap terjadi perubahan/kemajuan untuk ABK.
- Berhenti memarahi ABK, adakalanya kehadiran ABK membuat Ayah atau bunda acapkali bersitegang karena salah satu pihak tidak siap menerima keadaan. Tetapi jangan jadikan ABK sebagai sasaran amarah Ayah dan Bunda.
- Ikuti setiap terapi yang diberikan kepada ABK dengan baik. Terapy memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi Ayah dan Bunda bisa belajar dari para terapis pada saat mengantar ABK terapi atau belajar melalui buku2 yang banyak mengulas mengenai ABK sehingga Ayah dan Bunda masih bisa melakukan terapi sendiri di rumah.
- Jangan pernah membedakan ABK dengan saudara-saudara lainnya, perbedaan perlakuan akan membuat anak selain kurang percaya diri juga manja.
- Perkenalkan anak pada lingkungan sosial, sehingga anak terbiasa untuk berada diluar ruangan dan berada ditengah-tengah masyarakat. Kehadiran ABK ditengah mereka akan membuat masyarakat terbiasa menerima kehadiran ABK
- Bergabung dengan berbagai komunitas ABK, ayah dan bunda bisa saling share tentang berbagai hal mendapatkan informasi informasi lebih banyak tentang ABK
- Jangan putus sekolah untuk ABK yang mampu didik, karena pendidikan adalah salah satu cara yang memungkinkan untuk ABK bersaing ditengah masyarakat umum.
- Tingkatkan terus keterampilan untuk ABK yang mampu latih, dengan bertambahnya keterampilan membuat ABK lebih mandiri.
- Yang lebih penting selalu berdoa memohon kepada sang pencipta, sehingga Ayah dan bunda menjadi lebih kuat menghadapi ABK.
Diskusi ormas disabilitas dgn CBM |
Ayah dan bunda, anak
adalah titipan yang paling berharga dari sang Maha Pencipta. Setiap anak
memilki keunikan sendiri-sendiri tidak terkecuali dengan ABK. ABK juga perlu
disayang, dicintai dan dikasihi. Mereka juga membutuhkan dukungan dan perhatian
tidak hanya dari orang tua juga dari lingkungan terdekatnya sehingga mereka
mampu untuk berdiri sendiri.
Menjadi orangtua dengan
ABK tentu tidak mudah. Dulu……. ketika almarhum kedua orang tua saya masih hidup,
kadangkala saya mencuri dengar pembicaraan mereka tentang kekhawatirannya jika
mereka tiada siapa yang akan menjaga saya. Tetapi mereka telah membekali saya
dengan banyak hal, sehingga ketika dewasa saya sudah siap menghadapi kehidupan yang
saya sendiri merasakan tidak mudah untuk seorang disabilitas.
Ayah dan bunda, Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) bukanlah beban mereka juga tidak ingin menjadi beban
siapapun. Mereka bukan orang sakit yang harus selalu dielus-elus. Mereka bukan
orang aneh yang harus disembunyikan
keberadaannya. Mereka bukan tidak
berdaya sama sekali. Mereka hanya minta diberi kesempatan untuk mengekspresikan
dirinya. Mereka hanya minta diberi hak yang sama seperti yang lainnya. Diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.
Diberi sedikit bantuan karena mereka punya keterbatasan. Keterbatasan yang
dimilikinya bukan berarti mereka tidak mampu sama sekali. Mereka mampu, mereka
bisa, mereka hebat jika kalian berikan kepercayaan. Jadi berikanlah bantuan sebatas yang diperlukannya. Bukan bantuan yang
akan membuatnya benar-benar tidak berdaya. Bukan bantuan yang menjadikannya
lemah, bukan bantuan yang membuatnya manja.
Saya juga salut Mbak dengan para ortu yg anaknya penyandang disabilitas. Ada 2 saudara saya yg anaknya disabilitas. Yg satu kurang maksimal merawat si anak, anak cenderung disembunyikan, hingga akhirnya si anak meninggal. Lalu saudara yg satunya sangat perhatian pd anaknya, gak malu membawa anaknya ke mana2, disekolahkan di sekolah inklusi, hingga sekarang keadaannya semakin baik, teman2nya banyak dan sayang semua sama dia.
BalasHapusMemang peran ortu sangat berpengaruh pd perkembangan ABK ya, Mbak.
Betul sekali mba Diah tdk hanya ortu tapi perhatian dari lingkungan terdekat jg sangat dibutuhkan oleh ABK
HapusPostingan tizara ini sangat menginspirasi. Bunda salut.
BalasHapusTerima kasih bunda
HapusTerima kasih atas artikel ini. Sedikit koreksi: pada usia 4 bulan saya ditinggal di rumah sakit, dan tentunya RS tidak bisa mengasuh seorang anak hingga dewasa, maka dengan demikian suster di RS memindahkan pengasuhan saya di asrama pada usia sekitar 1 tahun. Salam.
BalasHapusTerima kasih utk koreksinya pak John, saya salut dg anda.
Hapus